Penyebab gangguan pendengaran pada presbikusis umumnya merupakan kombinasi dari beberapa hal sebagai berikut :
- Degenerasi elastisitas gendang telinga
- Degenerasi sel rambut di koklea.
- Degenerasi fleksibilitas dari membran basilar
- Berkurangnya neuron pada jalur pendengaran
- Perubahan pada sistem pusat pendengaran dan batang otak
- Degenerasi jangka pendek dan auditory memory
- Menurunnya kecepatan proses pada pusat pendengaran di otak (central auditory cortex )
Selain itu pada orang lanjut usia juga terjadi perubahan lain pada organ telinga lainnya walaupun tidak berhubungan dengan presbikusis misalnya degenerasi otot-otot pada telinga tengah dan arthritis tulang-tulang di telinga tengah.
Gejala atau perubahan yang dijumpai pada presbikusis secara umum dibedakan menjadi :
- Berkurangnya kemampuan mendengar
- Berkurangnya kemampuan mengerti percakapan
- Fisik dan emosional
Kemampuan mendengar penderita presbikusis akan berkurang secara berangsur, biasanya terjadi bersamaan pada kedua telinga. Telinga menjadi sakit bila lawan bicaranya memperkeras suara. Selain itu penderita presbikusis juga mengalami kesulitan dalam memahami percakapan terutama di lingkungan bising, hal ini disebabkan oleh berkurangnya kemampuan membedakan (diskriminasi) suku kata yang hampir mirip.
Jika tidak dilakukan upaya rehabilitasi pendengaran misalnya dengan memasang alat bantu dengar maka kemampuan untuk memahami percakapan akan makin terganggu.
Hal lain yang terjadi pada penderita presbikusis adalah masalah fisik dan emosional antara lain berupa :
- Terganggunya hubungan perorangan dengan keluarga
- Kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran :
- Pemarah dan mudah frustrasi
- Depresi, menarik diri dari lingkungan (introvert)
- Merasa kehilangan kontrol pada kehidupannya
- Waham curiga (paranoid)
- Self-criticism
- Berkurangnya aktivitas dengan kelompok sosial
- Berkurangnya stabilitas emosi.
Upaya rehabilitasi dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (ABD) yang sesuai dengan kebutuhan. Pemasangan alat bantu dengar bertujuan untuk memperkeras (amplifikasi) bunyi yang ada disekitar pengguna.
Kemajuan teknologi ABD saat ini memungkinkan pengguna ABD mendapatkan amplifikasi yang tepat. ABD dengan fasilitas multi channel dapat mengeraskan bunyi yang spesifik pada frekuensi yang mengalami gangguan saja. Selain itu teknologi multi mikrofon dan penyaring (filter) terhadap bising memungkinkan pemahaman percakapan yang lebih baik pada kondisi bising. Hal lain yang cukup penting adalah memilih jenis ABD yang cocok dengan tuntutan gaya hidup dan kemampuan fisik pemakainya.
Walaupun telah menggunakan ABD adakalanya masih diperlukan bantuan membaca ujaran bibir (lip reading) namun masalahnya para penderita presbikusis umumnya juga mengalami gangguan penglihatan.
Untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) presbikusis diperlukan usaha-usaha penanggulangan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha tersebut diperlukan kerjasama yang terpadu dari masyarakat itu sendiri, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan Pemerintah dalam hal ini institusi kesehatan.
Masyarakat melalui para kader perlu dilibatkan secara aktif dan inovatif terutama pada tingkat promotif. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai Kesehatan, dll memiliki peran yang besar baik di tingkat promotif, kuratif serta deteksi dini timbulnya komplikasi akibat presbikusis.
Kendala dalam penanggulangan presbikusis adalah masih terbatasnya rumah sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan pendengaran untuk kasus presbikusis. Demikian pula dengan fasilitas rehabilitasi belum tersebar secara merata di semua provinsi.
Agar usaha penanggulangan dapat mencapai sasaran yaitu menurunnya morbiditas akibat presbikusis, maka diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan presbikusis oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan. Selain itu diperlukan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan untuk mendiagnosis presbikusis.
ANALISIS SITUASI
EPIDEMIOLOGI
Secara global prevalensi presbikusis bervariasi, diperkirakan terjadi pada 30-45% orang dengan usia di atas 65 tahun. Menurut WHO pada tahun 2005 akan terdapat 1.2 milyar orang akan berusia lebih dari 60 tahun, dari jumlah tersebut 60 % diantaranya tinggal di negara berkembang. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2020 populasi dunia berusia diatas 80 tahun juga akan meningkat sampai 200 %.
Pada Survei Kesehatan Indera Pennglihatan - Pendengaran tahun 1994 -1996 di 7 Propinsi (Sumatra Barat, Sumatra Selatan , Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara) dengan 19,375 responden didapatkan prevalensi presbikusis sebesar 2.6 % atau sekitar 6.7 % dari seluruh pasien THT yang didiagnosa dengan Presbikusis
Di Indonesia jumlah penduduk berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 19.9 juta atau 8.48 % dari jumlah populasi. Pada tahun 2025 jumlah tsb akan meningkat menjadi 4 kali lipat dari jumlah tahun 1990, dan merupakan jumlah tertinggi di dunia. Juga terjadi peningkatan usia harapan hidup dari usia 59.8 tahun ( 1990 ) menjadi 71.7 % pada tahun 2020.
DEMOGRAFI
Gambaran populasi berdasarkan kelompok umur, kelompok pekerjaan, status sosial, dan status pendidikan.
Agar dapat secara efektif mengatasi presbikusis, ada beberapa pertanyaan yang harus terlebih dahulu dicari jawabannya, antara lain :
- Seberapa besar jumlah penderita presbikusis di suatu daerah ?
- Bagaimana proporsi penduduk di daerah tersebut ?
- Bagaimana dengan tingkat pengetahuan penduduk didaerah tersebut ?
- Untuk menurunkan prevalensi presbikusis, perlu diketahui sarana dan SDM yang tersedia.
INFRASTRUKTUR
Perlu diketahui kondisi infrastuktur yang tersedia :
1. Sumber Daya :
- Jumlah dokter spesialis THT
- Jumlah dokter umum, ahli madya audiologi yang membantu melakukan pemeriksaan
- Jumlah ahli madya terapi wicara
- Jumlah kader untuk usila di wilayah tersebut
2. Sarana dan Fasilitas
- Rumah Sakit yang memiliki fasilitas pemeriksaan pendengaran.
- Jumlah Puskesmas yang ada di wilayah tersebut
- Rumah sakit yang memiliki fasilitas reabilitasi pendengaran
- Sentra pelayanan alat bantu dengar
- Otoskop/ senter
- Garpu tala, minimal 512 Hz
TARGET
Meningkatkan penanganan presbikusis (50%)
INDIKATOR
- Jumlah Dokter Umum yang dilatih
- Jumlah paramedis yang dilatih
- Jumlah kader yang dilatih
- Frekuensi kegiatan promosi yang dilakukan dalam periode tertentu
- Jumlah kelompok usia lanjut yang diperiksa setiap tahun
- Frekuensi pemeriksaan usia lanjut
- Jumlah orang tua yang dideteksi menderita presbikusis
- Jumlah kasus presbikusis yang dirujuk
ALTERNATIF PENANGGULANGAN
Program akan berhasil apabila tersosialisasi dengan baik, sehingga setiap orang yang terkait dengan upaya penanggulangan presbikusis (masyarakat, pemerintah setempat, tenaga medis) dapat menjalankan perannya masing-masing setelah mengetahui masalah yang dihadapi serta tujuan yang hendak dicapai.
- Melakukan penyuluhan kepada kader, tokoh masyarakat serta masyarakat itu sendiri tentang presbikusis mengenai pengertian, gejala, penyebab, dan dampaknya.
- Advokasi pada pemerintah setempat (PEMDA) untuk memfasilitasi serta menyediakan anggaran untuk memperbaiki maupun melengkapi infrastruktur.
- Melakukan pendekatan kepada pengusaha serta organisasi swadaya masyarakat untuk saling bekerja sama dalam menanggulangi masalah yang dihadapi penderita kurang mampu.
- Melakukan analisis situasi, menetapkan tujuan serta evaluasi berkala.
- Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader untuk melakukan deteksi dini dan rujukan
- Meningkatkan upaya deteksi dan intervensi dini.
DAFTAR PUSTAKA
- Bluestones CD. Definitions, London: BC. Decker Inc.; 1999. p. 85-103.
- Sirlan F, Suwento R (eds) Laporan hasil survey indera penglihatan dan pendengaran 1993-1996. Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat; Jakarta: 1998.
alat bantu dengar pada orang tua