======= SELAMAT DATANG KOMNAS PGPKT !!! =======
Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian

Selasa, 19 April 2011

KAMPANYE "REMAJA PEDULI UNTUK TIDAK TULI" (Hari Sadar Bising, 27 April 2011)

Mendengar  sangat penting untuk Hidup Sehat, Bahagia dan Sejahtera.  Pendengaran adalah salah satu fungsi  Panca Indera yang diperlukan untuk mempertahankan hidup dan memberikan makna untuk menjalani hidup.  Maka  mampu mendengar itu  merupakan karunia yang sangat berharga dan harus dipelihara.  Betapa banyak hal-hal yang bisa dinikmati dalam hidup dengan mendengar, tanpa mendengar sulit  menjalin hubungan dengan sesama,  berbicara dan mendengarkan, berbagi rasa dan saling memahami.  Bila bisa mendengar dengan baik, lebih banyak bisa belajar untuk bekal hidup dan kelak kemudian hari lebih baik untuk bekerja dan menikmati hidup ini.
Remaja biasanya gemar musik,  tiada hari tanpa musik .  Betapa indahnya hidup yang dipenuhi oleh musik, dan untuk menikmatinya butuh pendengaran yang baik.  Namun sedikit sekali disadari oleh masyarakat dan remaja pada khususnya bahwa kenikmatan mendengar musik itu bisa merupakan ancaman pula terhadap gangguan pendengaran dan bahkan bisa menimbulkan ketulian menetap.  Bilamana pendengaran berkurang, mana mungkin mendengarkan suara merdu dan hilang segala peluang untuk meraih sukses dan mendapatkan hidup bahagia sejahtera.  Dikarenakan hal itu perlu menumbuhkan kesadaran remaja untuk memelihara pendengarannya.

“Remaja Peduli untuk Tidak Tuli”.

Telinga merupakan alat pendengaran yang sangat canggih, dan karenanya perlu dijaga baik dan dipelihara agar tetap berfungsi dengan baik. Bising atau suara yang terlampau keras dapat merusak alat dalam telinga yang canggih itu. Sehari-hari kemampuan telinga untuk mendengar cukup pada kekuatan suara dibawah 80 decibel dimana bisa mendengar dengan aman sepanjang hari.  Bising sangat mengganggu pendengaran dan bisa menjadi pusing . Selain itu, gangguan kejiwaan berupa stress, sulit tidur dan sulit konsentrasi. Semakin besar volume suara, semakin keras suaranya, semakin pendek waktu yang dibolehkan untuk terpapar dengan suara tersebut.

iPod  generation  
Selain gemar musik keras dengan suara keras, ada tren remaja diseluruh dunia untuk menikmati  suara musik sendiri dengan iPod dan tanpa disadari  menimbulkan suatu masalah yang meluas. Musik sepanjang hari dengan volume suara bisa melebihi 90 decibel dan maksimal 120 decibel !!! Akibatnya terjadi kerusakan organ telinga dalam yang disebut rumah siput (koklea) yang menimbulkan gangguan fungsi pendengaran. Kerusakan itu terjadi pada saraf pendengaran yang sifatnya permanen dan tidak bisa diobati , gejalanya pada awalnya seringkali tidak diketahui.  Para pekerja pabrik yang bising suaranya mencapai 85 decibel diwajibkan mengenakan pelindung telinga. Sebaliknya remaja memasukkan suara itu langsung kedalam telinganya.  Dengan volume 90 decibel seperti halnya suara pesawat jet diliang telinga selama berjam-jam. Lebih dari itu bagaikan  suara ledakan bom yang merusak organ pendengaran dan berakibat tuli permanen.

Bagaimana Masa Depan Anak dan Remaja di Indonesia ?
Anak-anak  terutama dikota-kota besar semenjak kecil  dengan gaya hidup modern sudah terpapar suara keras dirumah dengan menonton TV atau suara musik keras dari kakaknya yang remaja. Pada usia balita ketika bermain di mal-mal terpapar dengan suara  bising yang melebihi batas aman.  Data yang dihimpun dari 10 kota besar di Indonesia, menunjukkan bahwa kebisingan di mal-mal mencapai 90-97,9 decibel. Padahal pekerja industri harus mengenakan pelindung telinga atau hanya boleh ditempat itu selama 1-2 jam saja. Sedangkan anak balita yang sangat rentan dan peka organ rumah siputnya dibiarkan tanpa perlindungan dan dalam waktu lama .
Setelah mulai sekolah mulai terpapar dengan suara bising kendaraan dijalan ketika berangkat dan pulang dari sekolah.  Sesudah itu tetap terpapar dengan TV dengan suara keras dan semakin panjang waktunya.  Menginjak usia remaja  mulai menyukai musik suara keras dikamarnya , menikmati dari walkman dan semakin banyak yang gemar iPod tersebut tanpa menyadari apa bahayanya. Belum lagi  pertunjukan musik remaja dan pesta yang suaranya gegap-gempita yang memekakkan telnga dan deru kendaraan motor dijalan raya sepanjang hari.  Semuanya itu akan mempercepat proses menjadi tuli sebelum tua dimasa depannya nanti. 
Kebisingan itu sangat mengganggu kesehatan,  dapat mengganggu prestasi belajar dan ketika mencapai usia 30-40 tahun kemungkinan sudah terjadi gangguan pendengaran. Bila bekerja di industri yang bising atau tempat perdagangan yang ramai  akan semakin menambah ganguan pendengarannya.  Dan akibatnya akan mudah marah dan stress dan gangguan emosional lainnya serta gangguan sosial dalam berkomunikasi.  Suara musik indah tidak lagi bisa dinikmati dikarenakan kurangnya pendengaran, mengeraskan suaranya akan menambah gangguan pendengaran sehingga pada akhirnya timbul kesal dan kekecewaan.
Di Amerika gangguan pendengaran semakin meningkat,  kini ada 28 juta orang menderita  gangguan pendengaran, dan diperkirakan menjadi 78 juta di tahun 2030.  Sebanyak 5,2 juta anak Amerika usia 6-19 tahun menderita gangguan pendengaran, disebut iPod generation.  Mengapa kita mengikuti tren itu itu?  Kita tidak ingin  Anak Indonesia yang memiliki masa depan menjadi tuli pada usia 30-40 tahun, saat harus membangun bangsa.  Padahal biasanya seseorang mengalami tuli  usia tua (presbikusis) pada usia 60-70 tahun, bukan tuli dini pada usia 30-40 tahun akibat kebisingan suara.

Bagaimana memakai iPod agar aman?

  • JANGAN TERLALU KERAS:
          Volume tidak lebih dari 80 decibel, atau 50-60% dari volume maksimal.  Lebih dari itu sudah              membahayakan pendengaran.
  • JANGAN TERLALU LAMA:  
          Lama mendengarkan tidak lebih dari ½-1 jam, istirahat dulu agar alat pendengaran itu tidak                 capek, baru mulai lagi.

Dalam rangka menumbuhkan kesadaran dikalangan remaja, pada Hari Sadar Bising 27 April 2011 akan diluncurkan Kampanye “Remaja Peduli untuk Tidak Tuli” dari, oleh dan untuk Remaja dan adik-adiknya yang tercinta.  Masyarakat Bebas Bising bersama Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran Pesan mengajak remaja untuk ikut serta sebagai relawan yang peduli.