Dr. Damayanti Soetjipto
SpTHT-KL(K), Komnas PGPKT
Sumber Gambar: Komnas PGPKT
Dalam tanya
jawab selanjutnya dapat disimpulkan bahwa anak ini, sebut saja sebagai Ani,
sudah tuli sejak kecil, diduga sejak lahir, tetapi tidak disadari orang tua.
Saat anak berumur 2 tahunan belum bisa
bicara, orang tua mulai bingung. Tetapi ditenangkan oleh keluarga lain yang
menyatakan bahwa anaknya juga baru bisa bicara saat berumur lebih dari 3 tahun.
Orang tua agak tenang tetapi sesudah anak hampir berusia 3 tahun tetap tidak
bisa bicara, orang tua baru sadar bahwa anaknya bisu tuli. Namun upaya mencari
pertolongan baru dilaksanakan setelah anak berumur 4 tahun Ibunya masih ingat
bahwa saat mengandung, ia menderita sakit campak yang tidak diobati dan sembuh
sendiri. Kemungkinan ibu terkena
penyakit Rubella yang merusak organ pendengaran janin.
Gangguan pendengaran adalah masalah yang sangat
serius karena mempunyai dampak berat terutama jika dialami sejak lahir. Anak
tidak mampu bicara, tidak bisa sekolah atau sekolah dengan prestasi akademik
yang rendah dan tentunya mempunyai masa depan suram. Pertolongan harus sedini mungkin agar anak bisa
bicara dengan cara bicara normal seperti umumnya orang berbicara.
Penyulit adalah bagaimana mengenali bayi dengan gangguan pendengaran? Kecacatan
lain umumnya tampak dari luar, cacat indera pendengaran tampak seperti bayi
normal, sehingga untuk mengenalinya, kita perlu tahu perkembangan bayi dalam
berbicara dan berbahasa.
Periode Emas
Bayi lahir tuli, dapat berbicara normal jika cepat
dilakukan pertolongan yang tepat dalam periode emas yaitu saat anak berumur 6
bulan. Lewat dari periode emas ini anak tetap dapat bicara tetapi kurang
sempurna.
Karenanya setiap bayi lahir harus diperiksa
fungsinya pendengarannya sebelum berumur
3 bulan dengan alat OAE (Otoacoustic Emission). Caranya mudah, cepat tidak
menyakitkan (lihat gambar).Hasil pemeriksaan dengan OAE bisa pass, berarti baik
atau refer. Hasil refer belum berarti bayi mengalami cacat pendengaran,
pemeriksaan harus diulang atau dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut sampai
dapat dipastikan bahwa bayi memang terganggu pendengarannya dan langsung diberi
alat bantu dengar saat anak berumur 6 bulan.
Apa pentingnya pemakaian alat bantu dengar pada
bayi umur 6 bulan? Mengapa tidak menunggu bayi menjadi lebih besar misalnya
umur 2 tahun atau lebih? Sekali lagi adalah untuk merangsang saraf pendengaran
dan sentra pendengaran di otak sebelum terjadi gangguan perkembangan agar
selanjutnya bisa berfungsi maksimal. Diharapkan perkembangan bahasa anak akan
normal dengan kemungkinan masa depan yang gemilang seperti anak lainnya. Jika
pemberian alat bantu dengar (ABD) terlambat, maka sudah terjadi pengecilan
saraf pendengaran yang akan berdampak pada gangguan kemampuan mendengar dan
bicara.
Selain alat
bantu dengar yang dipasang di bagian luar telinga, ada cara operasi yang
memasang implan kohlea ke bagian dalam telinga. Ini biasanya dilaksanakan
setelah anak menjadi lebih besar untuk menggantikan alat bantu dengar yang
sudah dipakai sebelumnya, namun biaya alat implan kohlea ini masih sangat
mahal.
Pada Ani yang datang saat berumur
4 tahun, periode emas telah berlalu, telah terjadi pengecilan saraf dan sentra
pendengaran sehingga upaya pemulihan pendengaran dengan ABD atau operasi implan
kohlea tetap tidak bisa menjadikan Ani berbicara normal. Ani dapat berbicara
tetapi tidak sempurna dan mungkin sulit dimengerti, tentunya berakibat pada
masa depannya.
Penyulit lainnya
adalah tidak semua rumah sakit mempunyai alat OAE sehingga program skrining
pendengaran semua bayi lahir (UNHS = Universal Neonatal Hearing Screening) yang
dicanangkan WHO, belum dapat dijalankan
meskipun diperkirakan setiap tahun sekitar 5000 bayi lahir tuli di Indonesia .
Karenanya, orang tua harus
mengobservasi dengan seksama reaksi bayinya terhadap bunyi-bunyian, bila ada
kecurigaan keterlambatan perkembangan bicara, jangan tunggu lagi, segera
periksakan ke Puskesmas atau dokter sebaiknya spesialis THT atau langsung ke
rumah sakit propinsi atau sentra pendengaran. Dokter akan merujuk bayi anda
untuk pemeriksaan lanjutan yang memastikan kelainan fungsi pendengaran bayi
anda. Ini harus sedini mungkin, jangan sampai terlewatkan.
Vaksinasi
terhadap penyakit Rubella, jika dilaksanakan akan sangat mengurangi jumlah bayi
lahir tuli di Indonesia. Targetnya adalah para gadis masa remaja atau pra
nikah. Selain penyakit Rubella, penyebab lain ketulian pada bayi yang harus
dihindari para ibu hamil adalah infeksi TORCHS (Toxoplasmosis, Rubella,
Cytomegali, Herpes Simplex), campak, gondongan serta obat-obat yang mengganggu
perkembangan organ pendengaran janin seperti salisilat, kina, streptomisin dan
lainnya serta kelainan genetik.
Anak adalah masa
depan bangsa; peliharalah mereka sebaik-baiknya ! Semoga pemerintah khususnya
Kementerian Kesehatan memberi perhatian yang lebih besar terhadap masalah ini.