======= SELAMAT DATANG KOMNAS PGPKT !!! =======
Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian

Selasa, 10 April 2012

ANTISIPASI TERHADAP TULI SEJAK LAHIR

PENDAHULUAN
-       Tuli sejak lahir adalah ketulian paling bahaya, mengapa demikian? Karena anak akan mengalami gangguan proses bicara, perkembangan kemampuan berbahasa selanjutnya gangguan proses belajar dan perkembangan kepandaian yang diperlukan untuk bekal hidup. Akibatnya anak tumbuh menjadi manusia yang tidak mandiri, memerlukan pertolongan, merupakan beban keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Tujuan negara untuk mengembangkan sumber daya manusia yang mandiri, pandai dan sejahtera tidak tercapai.
-       Namun kondisi ini dapat ditolong jika ketulian diketahui sejak dini yaitu sebelum anak berusia 6 bulan. Ini diketahui melalui uji pendengaran setiap bayi baru lahir. Tanpa pemeriksaan ini, umumnya tuli sejak lahir diketahui setelah berumur 1 tahun, dimana upaya pemulihan pendengaran optimal sudah terlambat.
-       Untuk perkembangan dan kematangan proses pendengaran di otak, diperlukan stimulasi syaraf dan sentra pendengaran melalui suara atau bunyi-bunyi yang didengar sejak lahir. Tanpa stimulasi ini terjadi atrofi syaraf dan sentra pendengaran, ini yang menyebabkan upaya pemulihan pendengaran terganggu, anak akan alami delayed speech & language, gangguan perkembangan sosial, emosi dan gangguan pembelajaran di sekolah.
-       Helen Keller yang alami buta dan tuli menyatakan bahwa kebutaan memisahkan kita dari barang-barang, tetapi ketulian memisahkan kita dari orang dan jika disuruh memilih, dia memilih lebih baik buta daripada tuli.

SEBERAPA BESARKAN MASALAH INI DI INDONESIA?
-       Estimasi WHO tahun 2005 mengenai prevalensi global gangguan pendengaran adalah sekitar 278 juta (4,6%) penduduk dunia alami gangguan pendengaran sedang dan berat, 364 juta gangguan pendengaran ringan dan 642 juta gangguan pendengaran berbagai gradasi. Sekitar 80% nya berada di negara ekonomi rendah dan menengah, 50% berada di Asia Tenggara (110 juta) termasuk Indonesia.
-       Dari studi multisentra WHO tahun 1998, ditemukan bahwa Indonesia menduduki tempat ke 4 : Sri Lanka (8,8%); Myanmar (8,4%); India (6,3%) 4) Indonesia 4,6%.
-       Dari data survai 7 propinsi di Indonesia tahun 1994-1996, ditemukan bahwa gangguan pendengaran di Indonesia diperkirakan berjumlah 38,9 Juta (16.8%); dan tuli 914.000 orang (0,4%).
-       Bayi lahir tuli sekitar 0,1-0,3%  sehingga diperkirakan ada 1-3 bayi lahir tuli setiap 1000 kelahiran. Di Indonesia dengan angka kelahiran 2,6%, pertahun, maka setiap tahunnya akan ada sekitar 5000 bayi lahir tuli.
-       Sekali lagi ini merupakan ketulian yang paling kritis karena mempunyai dampak luas dan berat akibat terjadinya gangguan perkembangan kognitif, psikologi dan sosial akibat gangguan komunikasi, gangguan perkembangan bahasa dan prestasi sekolah, tidak mampu bersosialisai, berkualitas SDM rendan dengan kesempatan kerja berkurang selanjutnya menjadi beban keluarga, masyarakat dan bangsa.
-       Ketulian sejak lahir juga paling bahaya karena cacat tidak tampak dan bayi tampak normal serta seringkali lahir dari orang tua dengan pendengaran normal.

APA PENYEBABNYA ?
-       Bisa akibat genetik atau bukan genetik seperti bayi lahir prematur, bayi dengan masalah pernafasan memakai mesin pernafasan jangka lama, infeksi dan obat-obatan saat kehamilan.
-       Infeksi masa kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan organ telinga janin adalah infeksi TORCH yaitu toxoplasma, o....., rubella (German measles – tampek), 

BAGAIMANA CARA MENDETEKSI GANGGUAN PENDENGARAN PADA BAYI DAN ANAK?
-       Gangguan pendengaran dapat menyebabkan masalah serius dan berat. Gangguan pendengaran harus di deteksi secara dini dan diterapi agara anaik dapat belajar berbicara. Dianjurkan untuk mencari gejala gangguan pendengaran pada anak.
-       Kita semua tahu bahwa bayi dan anak kecil secara bertahap bereaksi terhadap suara kemudian mulai babling dan berbicara.
-       Dengan memperhatikan panduan perkembangan ini, kita bisa mendeteksi anak secara dini.

Pada bayi baru lahir sampai berumur 3 tahun, jika anak
-       tidak bereaksi terhadap suara sangat keras
-       mengejapkan mata sebagai reaksi bunyi tepukan
-       terbangun jika ada suara tiba-tiba didekatnya


Pada kondisi ini kita harus waspada bahwa anak tidak mendengar.

Pada bayi umur 3-6 bulan, jika anak:
-        tidak menoleh saat dipanggil ibunya
-        tidak menunjukkan perhatian terhadap suara baru (seperti suara mainan)
-        tidak berusaha mencari sumber suara dengan memutar kepala atau menggerakkan mata.


Pada kondisi ini, pemeriksaan telinga dan pendengaran harus segera dilakukan

Pada bayi umur 6-9 bulan, jika anak:
-        tidak mengerti kata-kata singkat dari ibu seperti ’ayo, dadag’
-        tidak menunjukan perhatian pada mainan yang berbunyi
-        tidak mulai bersuara / ngoceh .


Pada kondisi ini, anak harus segera ke dokter untuk pemeriksaan pendengaran.

Pada bayi umur 9-15 bulan, jika anak :
-        tidak bereaksi jika namanya dipanggil
-        tidak mulai berbicara kata-kata singkat seperti ’mama, papa, dada’ dll
-        tidak menirukan kata-kata yang dia dengar


Pada anak umur 15 bulan sampai 2 tahun, jika anak :
-        tidak bereaksi pada perintah mudah seperti ’pegang hidung, perlihatkan perutnya’ dll
-        tidak bisa berbicara kalimat singkat


Identifikasi anak dengan gangguan pendengaran secara dini sangat penting. Pengobatan yang dilaksanakan dengan tepat dan dini dapat menyelamatkan anak. Anak dapat belajar mendengar, bicara dan menimba ilmu disekolah seperti anak normal lainnya.


ANJURAN UNTUK GURU
-        Jika anak tidak menyimak dengan baik mungkin anak menderita gangguan ketulian
-        Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu kedalam telinga
-        Jangan pukul anak di telinga
-        Jika ada anak mengeluarkan nanah dari telinga anjurkan segera berobat ke dokter.


PEMERIKSAAN DETEKSI GANGGUAN PENDENGARAN & KETULIAN PADA BAYI DAN ANAK
-        Untuk mengetahui sedini mungkin adanya gangguan pendengaran & ketulian pada bayi dan mengingat tingginya angka tersebut pada bayi serta dampak buruknya, maka anjuran dari WHO dan Sound Hearing 2030 adalah tiap negara Asia Tenggara untuk melaksanakan skrining pada semua bayi baru lahir. Anjurannya adalah melaksanakan UNHS (Universal Neonatal Hearing Screening). Alat yang dipergunakan adalah OAE (Oto-Acustic-Emission), merupakan pemeriksaan mudah dan samasekali tidak invasif dan bisa dilakukan oleh perawat yang dilatih. Jika ditemukan kelainan pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan ABRA / ABR / ASSR.
-        Pada anak lebih besar pemeriksaan pendengaran dengan Free Field Test, Audiogram dan Bera.